45 TAHUN PPP MEMBANGUN INDONESIA

45 Tahun PPP Membangun Indonesia




PPP.OR.ID - Tepat tanggal 05 Januari 2017, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) telah berusia 45 tahun. Sebuah usia yang tergolong matang dalam menghiasi percaturan politik di Indonesia. Partai yang berlambang Ka'bah ini lahir dari fusi empat parpol Islam, yakni Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Persatuan Tarbiyah Islamiah (PERTI) pada 05 Januari tahun 1973.

Fusi sendiri merupakan kebijakan Orde Baru untuk tujuan stabilitas politik dengan penerapan azas tunggal Pancasila. Empat partai Islam pun harus berfusi menjadi PPP untuk bertahan hidup demi menyelamatkan saluran politik umat.
Dalam perjalannya, PPP memiliki peran sentral dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Sebagai satu-satunya saluran politik Islam era Orde Baru, PPP menjadi primadona ikon perlawanan terhadap kesewenangan pemerintah. Sikap politik PPP terlihat dari perjuangannya di parlemen yang mampu mengawal aspirasi umat Islam. Salah satu perjuangan PPP yang cukup fenomenal ketika menolak upaya legalisasi pernikahan beda agama dalam UU 1/1974 tentang Perkawinan.
Setelah sembilan kali ikut pemilu, PPP banyak melahirkan tokoh-tokoh hebat yang disegani. Salah satu kader terbaik PPP, Hamzah Haz pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Tak hanya itu, PPP juga melahirkan politisi perempuan yang cukup disegani selama Orde Baru, yakni Aisyah Amini. Atas suara lantangnya dalam memperjuangkan kebijakan menyangkut kepentingan rakyat dan kesetaraan gender, Aisyah Amini mendapat julukan Singa Betina dari Senayan. 
Ketika reformasi politik terjadi tahun 1998 menyebabkan munculnya parpol-parpol baru. Kekuatan yang berhimpun di PPP terberai membentuk parpol baru yang serupa ataupun memiliki nafas perjuangan serupa. Banyak kalangan memprediksi PPP akan hilang ditelan bumi. Bahkan setiap menjelang pemilu banyak lembaga survei memperkirakan PPP tak akan bertahan di Senayan.
Namun, semua prediksi tersebut tak pernah terbukti. Hasil Pemilu 1999 dan Pemilu 2004 masih menempatkan PPP dalam urutan tiga besar perolehan kursi DPR RI. Hal ini menandakan kuatnya infrastruktur partai hingga tingkat desa/kelurahan.
Spirit PPP sebagai alat perjuangan politik umat Islam tetap bertahan. Di antaranya, PPP menjadi pelopor lahirnya sejumlah UU yang selaras dengan Islam, di antaranya UU Pornografi, UU Perbankan Syariah, UU Zakat, UU Haji, UU Kesehatan dan lainnya.
Saat ini pun, PPP menjadi pelopor pembahasan RUU Larangan Minuman Beralkohol maupun RUU Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren.  
Pemilu 2009 boleh dibilang periode terburuk bagi PPP karena kehilangan 20 kursi dari 58 menjadi 38 kursi sehingga harus terlempar dari tiga besar. Pemilu 2014 PPP berusaha bangkit dengan berhasil menaikkan jumlah kursi dari 38 menjadi 39 kursi. Setidaknya ada dua faktor penyebab, pertama faktor eksternal berupa perubahan sistem pemilu dari tertutup menjadi terbuka yang menyebabkan persaingan semakin kompleks. Kedua, faktor internal yakni regenerasi yang mengalami keterlambatan.
PPP selalu identik dengan partai tua sehingga kurang digandrungi kalangan muda. Pemilu tahun 2009 merupakan era dimulainya transisi dari generasi pertama ke generasi kedua dengan tampilnya politisi muda di panggung nasional.
Proses regenerasi berlanjut ke Pemilu 2019 dengan semakin banyak munculnya wajah-wajah baru politisi PPP menghiasi pemberitaan media. Proses regenarasi internal membuncah ketika M. Romahurmuziy terpilih sebagai Ketua Umum termuda sepanjang sejarah PPP di usia 40 tahun pada Muktamar VIII Surabaya. Ketika terpilih kembali dalam Muktamar islah di Pondokgede April 2016, usia pria yang akrab disapa Rommy ini baru berusia 41 tahun lebih tujuh bulan.
Di bawah kendalinya, PPP mengalami tantangan terhebat sepanjang sejarahnya, yakni dualisme kepengurusan sepanjang tiga tahun. Ibarat pepatah, Pelaut yang tangguh tidak akan lahir dari laut yang tenang tapi lahir dari laut yang penuh gelombang.
Setidaknya, saat ini dualisme PPP telah berakhir dengan terbitnya putusan Kasasi MA Nomor: 514 K/TUN/2017, maka kepengurusan PPP yang diakui secara hukum adalah hasil Muktamar Pondokgede di bawah kepemimpinan Ketua Umum M. Romahurmuziy, Sekretaris Jenderal Arsul Sani.
Menakhodai PPP di tengah badai konflik selama tiga tahun, bukanlah perkara mudah. Meski demikian, setidaknya terlihat asa membubung tinggi bahwa PPP akan tetap eksis. Tak pelak, banyak apresiasi terhadap kemampuan Ketum Romahurmuziy membawa PPP tetap tegar diterjang badai.
Sekretaris Majelis Syari’ah DPP PPP K.H. Lukman Hakim Hasibuan mengatakan, memimpin sebuah parpol Islam seperti PPP tidak cukup hanya memiliki kemampuan manajerial. Lebih dari itu, Ketua Umum PPP harus memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang Islam. Dia menilai, perpaduan kemampuan manajerial dan pengetahuan keislaman tersebut ada pada sosok Romahurmuziy.
“Romahurmuziy ini figur langka, anak teknik memiliki kemampuan keislaman yang kuat. Beginilah yang cocok untuk memimpin PPP. Pidato politik dan pidato agamanya sama bagus,” kata Lukman Hakim Hasibuan di Kantor DPP PPP Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2017).
Karena itulah sedari awal K.H. Lukman Hakim Hasibuan selalu setia berada di belakang M. Romahurmuziy, meskipun secara materi kalah dibanding Djan Faridz. Sebab, bagi Lukman untuk PPP dibutuhkan pemimpin yang karakter bukan hanya soal materi.
“PPP ini partai ideologis berbeda dengan partai lain. Ini perlu diingat oleh kader,” tukasnya.
 Pujian Lukman bukan sekadar isapan jempol. Terbukti, selama kepemimpinan Ketum Romahurmuziy, PPP tetap menjalankan agenda konsolidasi meskipun diterpa badai. Bahkan, kegiatan kaderisasi berupa pelatihan tingkat utama, tingkat madya dan tingkat dasar dilakukan secara simultan di seluruh Indonesia. Banyak yang mengatakan, dalam sejarah PPP kepengurusan periode ini paling massif melakukan konsolidasi dan kaderisasi.
Wakil Sekjen DPP PPP Bidang OKK Achmad Baidowi mengatakan, konsolidasi PPP sudah dilakukan hingga tingkat desa/kelurahan. Hal itu terbukti dari hasil verifikasi KPU yang menyatakan PPP lolos memenuhi persyaratan sebagai calon peserta Pemilu 2019.
“Hampir tiap dua hari sekali ketum Romahurmuziy konsolidasi di berbagai provinsi. Begitupun pelatihan kader madya dan pelatihan kader dasar dilakukan secara massif secara serentak di seluruh daerah. Ini kami lakukan bagian dari target tiga besar,” terang anggota Komisi II DPR ini.
Di usia ke 45 ini, PPP terus mengepakkan sayapnya untuk selalu mengabdi kepada rakyat Indonesia. PPP tak hanya memikirkan kepentingan kelompok namun juga untuk Indonesia. Setidaknya, hal tersebut tercermin dalam tema hari lahir PPP ke 45 “Mari Bersatu Membangun Indonesia”. (Oky)



(Team Medsos DPW PPP Jambi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar